Senang, Puas dan Bahagia. Di Manakah Anda?
Ngobrol dengan sahabat itu selalu tak sekedar ngobrol. Ada saja inti yang tak sengaja terkupas. Seperti tadi malam, ternyata tak sia sia silaturahim itu. Inilah oleh oleh yang sapa tau manfaat juga buat teman teman..
Aku ditanya sama sahabatku itu; 'Seumpama kamu jadi anak sekolah yang menginginkan sesuatu, komputer misalnya, untuk keperluan sekolahmu. Orang tuamu ndelalah membelikan komputer sesuai keinginanmu. Apa yang kau rasakan?".
Aku menjawab; "Ya senang!".
Aku ditanya lagi :'Seumpama kamu jadi orang tuanya, kamu bisa membelikan komputer sesuai keinginan anakmu. Tapi uangnya karena diberi oleh saudaramu. Apa yang kamu rasakan?".
Aku menjawab ; "Ya senang karena anakku bisa terpenuhi keinginannya".
Aku di tanya lagi.Ini sahabat nanya terus... " Seumpama uangnya dari kamu sendiri dan bukan dari saudaramu. Apa yang kau rasakan?".
Aku menjawab ;" Yang jelas ada rasa kepuasan tersendiri karena bisa memenuhi kebutuhan anakku dari uang sendiri."
Sahabatku nanya lagi; "Seumpama kamu adalah orang lain dan bukan apa apanya bapak tadi dan kamu memberi uang kepada bapak tadi agar anaknya bisa punya komputer untuk keperluan sekolahnya. Apa yang kau rasakan?".
Aku balik nanya; "Mosok belikan komputer anak orang?"
Sahabatku mengelus punggungku sambil berkata lirih; "Belajarlah lakukan hal tersebut. Tidak harus komputer. Semampumu. Semakin besar nominalnya semakin baik. Selama kamu ikhlas dan itu uang halal, kamu akan bisa menitikkan air mata".
Saya bingung dan hanya bisa ndlongop!
Aku ditanya sama sahabatku itu; 'Seumpama kamu jadi anak sekolah yang menginginkan sesuatu, komputer misalnya, untuk keperluan sekolahmu. Orang tuamu ndelalah membelikan komputer sesuai keinginanmu. Apa yang kau rasakan?".
Aku menjawab; "Ya senang!".
Aku ditanya lagi :'Seumpama kamu jadi orang tuanya, kamu bisa membelikan komputer sesuai keinginan anakmu. Tapi uangnya karena diberi oleh saudaramu. Apa yang kamu rasakan?".
Aku menjawab ; "Ya senang karena anakku bisa terpenuhi keinginannya".
Aku di tanya lagi.
Aku menjawab ;" Yang jelas ada rasa kepuasan tersendiri karena bisa memenuhi kebutuhan anakku dari uang sendiri."
Sahabatku nanya lagi; "Seumpama kamu adalah orang lain dan bukan apa apanya bapak tadi dan kamu memberi uang kepada bapak tadi agar anaknya bisa punya komputer untuk keperluan sekolahnya. Apa yang kau rasakan?".
Aku balik nanya; "Mosok belikan komputer anak orang?"
Sahabatku mengelus punggungku sambil berkata lirih; "Belajarlah lakukan hal tersebut. Tidak harus komputer. Semampumu. Semakin besar nominalnya semakin baik. Selama kamu ikhlas dan itu uang halal, kamu akan bisa menitikkan air mata".
Saya bingung dan hanya bisa ndlongop!
Betul, Juragan. Lakukan yang kecil dan sedikit dulu, kalau udah terbiasa akan menikmati rasa ikhlas. Selanjutnya, biarlah rahasia Tuhan memberi balasan nikmat pada kita berjalan dengan sendirinya :D
Oya, barusan aku follow ya. Matur nuwun :D
Maaf sobat aku baru sekarang sempat berkunjung ke Gardu, sekalian lah aku yang gantiin jaga :)
Sejuk sekali baca postingnya, hmmm.. semoga aku bisa belajar iklhas mulai sekarang... Semangat!!! ^_^
::Salaman Dulu Pak::
He he mantab nih pak, semoga anak-anak menjadi mengerti dan tahu apa yang dilakukan bapak nya itu, dan mau mencontoh dan kemudian setelah dia jadi bapak, melakukan hal yang sama pada anak yang lain.
::Salam Blogger::
Dengan sangat lagi hormat, mohon nggak naruh link di komen anda.. kesannya nyepam gitu... makasih. :D