Lelaki Kudisan : Reloaded
Lelaki kudisan
menuntun jemari kakinya menenun tanah merah
disiapkan untuk perjamuan senja
agar ia mabuk dalam piala anggur anggur
orang menyumpahi pahit getir baunya
anak kecil meledek otak stripnya
wanita berlindung di balik stagen.
Tetapi inilah jaman ketika
air suci tanah merah adalah derita
untuk apa ditetes tetes tengah malam
di tuang tuang laksana bekal
di usap usap membasuh, katanya, debu jalan panjang?
Lelaki kudisan
berkedip perih ada kerikil mengkerak di kerut mata
menggores gerai hati
: Astagfirullah
Lelaki kudisan
bernyanyi lagu kemenangan
dengan nada nada lengking
memekak singgasana sang raja
: Oi bunuh itu lelaki!
Lelaki kudisan,
suatu pagi di pinggir kota,
jasadnya dikerumuni lalat lalat manusia
tak berdaya tak berdecak tak mengerti
wangi putih melati meninggi
menembus batas awan batas langit
batas mata
entah dimana menepi!
: hari ini banyak lelaki jadi kudisan.
'Perjalanan' diri menuju cahaya yang terang benderang, keluar dari cahaya kegelapan yang menyelimuti diri ini, agar tidak lagi menjadi lelaki kudisan.
Tumben nih posting prosa, juragan Pandes. Gabahe sae-sae Pakdhe? qe3
Lelaki kudisan...dengan jemari kakinya akan ditulisnya sebuah kisah panjang..
Mungkinkah perih itu akan selalu ada?
Salam kenal ya.. :)
btw, tentang "Biar Semua Tetap Menjadi Rahasia"...sengaja tidak diberi koma ataupun titik. Itu hanya sebuah perumpamaan, bahwa dalam kehidupan, terkadang harus ada peristirahatan. Tak harus berlari dan tergesa. Kalau kata lagunya Padi...."bukankah hidup ada perhentian, tak harus kencang terus berlari........."... :))
woyo woyo hokya hokya jreng jreng hi hi hi
Dengan sangat lagi hormat, mohon nggak naruh link di komen anda.. kesannya nyepam gitu... makasih. :D