gravatar

Tamparan Sekeras-kerasnya Buat Saya

Dapat dari link di pesbuk. Beberapa bulan yang lalu. Tetapi isinya selalu mengiang di kepala. Dan tetap terasa keras tamparannya. Bagi yang sudah pernah baca, sekedar menyegarkan. Bagi yang belum semoga bisa menginspirasi. Ini link aslinya :

Gaza Tidak Membutuhkanmu!

Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism…Bahkan ada seorang peserta kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.

Mengerem

Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.

Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku


Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.

Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.

Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha… Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan

Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku.

Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.

Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg.

Kucoba lagi menyiram…

Masih ndableg.

Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…

Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…

Blus!

Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana…

Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj’alni minat tawwabiin…

Allahumaj’alni minal mutatahirin…

Allahumaj’alni min ibadikas-salihin…


29 Mei 2010, 22:20

Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010.

gravatar

>Assalamualaikum Kang, tiap kali ane masuk ke sini mo komentar ndak bisa nyambung, maklum sinyal lemot

>subhaballah kisah di atas sangat menyentil sekali Kang, betapa tidak mengukur sebuah niat dan keihklasan sungguh merupakan kesulitan tersendiri bagi ane yang masih awam. apalagi keikhlasan seringkali bertetangga dan bersinggungan dengan riya.

>wah ane tertarik dengan programnya Kang Kill Televison, teman-teman ane banyak yang berhasil dengan ini, sehingga bisa istiqomah menjalankan tarbiyah hidup menuju ridha Allah

>syukron telah menjalin silaturrahim dengan pakies dan selamat mnjalankan Ibadah Puasa semoga kita mendapatkan banyak hidayah di dalamnya. Insya ALlah

gravatar

masalah hati ( riya' atau apapun ...siapa yang tahu?), tapi bisa dijadikan pedoman dalam berjuang. Bahwa diperlukan ketulusan dan karena Allah. Selain itu do'a do'a juga merupakan senjata ampuh untuk mengubah /menghendaki sesuatu berubah. Gaza memang tidak membutuhkan orang-orang yang mencuri kesempatan dalam kesempitan.

gravatar

Asslmkum mas..segala sesuatu yg di kerjakan dengan ikhlas dan berada dijalur allah niscaya akan membuahkan hasil yg berkah...

gravatar

Subhanallah.. indah sekali tulisannya pak....

aku sedang belajar hidup, aku bukan seorang muslimah yang baik, tapi aku berusaha untuk menjadi seorang muslimah yang baik. Sangat sulit untuk kita mensinkronkan antara proses yang terjadi di otak ketika kita berpikir dan proses yang terjadi di hati pada saat kita merasa.

Allah baik sekali kepadaku, sebuah proses kehidupan telah memberikan angin segar kepadaku untuk berpikir "apa yang bisa aku beri?, bukan apa yang akan aku dapat?", dan sekarang aku sedang berusaha agar apa yang aku dapat bukan berasa dari manusia, tapi aku ingin mendapatkan ridho Allah.

Ketika orang berlomba-lomba mengharapkan surga, Tapi aku mencoba untuk berpikir, aku sudah cukup senang tidak mendapatkan surga asal aku mendapatkan Ridho Allah.

nb. cerita yang bagus pak, terima kasih untuk nasihatnya tentang proses terdahulu, alhamdulillah di Bulan Ramadhan ini Allah melimpahkan hikmahnya kepadaku. Keep Smile tuk mencari ridho Allah!! Merdekaaa!! ^_^

gravatar

Dulu aku begitu takut dan was-was: sejatinya, aku ini ikhlas atau riya? makin aku takut, gambaran pamer ibadah itu makin jelas. Seringkali malah riya beneran.

Mungkin ini efek obsesif-kompulsif ya, begitu ketakutan untuk tidak riya, eh malah pamer beneran. Kini aku labih berserah pada Allah, selagi dari awal aku tidak niat riya, maka proses ibadahku lebih ringan :)

Tentu niat ikhlas makin diperkuat karena godaan datang dari mana saja :) salam...

gravatar

saya bahagia, karena bisa berteman dengan pemilik blog ini, ternyata tamparannya juga keras buat saya.

gravatar

Ibadah kepada Allah Tuhan Semesta Alam yang dilakukan oleh manusia memang banyak rintangannya dan 'penyakitnya' diantaranya adalah ingin dipuji oleh orang lain, ingin dianggap orang shalih, ingin dianggap orang yang dermawan, ingin dianggap orang yang berani dan sebagainya. Niatnya sudah tidak tulus dan murni lagi semata-mata melaksanakan perintahNya. Bila niatnya tidak karena Allah semata, maka sia-sialah amal mereka. Trims sharingnya yang amat menarik. Bahan introspeksi dan refleksi diri. Salam sukses.

gravatar

@All : Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari surat di atas.
@Kang Pakies : Mari ditularkan kill telepisi nya :)
@Pak Guru Aryadevi :Kadang bukannya memanfaatkan kesempatan. tapi kita yang suka terjebak dala kesempatan itu. Atau lebih pasnya terpedaya..
@Mas Arif : mari doa mendoakan agar kita selalu dalam fi sabilillah, sekecil apapun itu..
@Ami : Hiks! saya itu menasehati saya sendiri,.. cuma kebetulan Ami pas pada kasus yang hampir sama..
@Mas Inung : Betul mas Inung. Bila kita minta diberi kebijaksanaan, kita malah diberi masalah untuk diselesaikan, bila kita minta diberi ikhlas, kita malah diberi banyak godaan untuk semakin mengukur kita..
@Sakti Iktas :Sama sama mas Sakti..
@Herdoni Wahyono : Ya begitulah, selalu saja penyakit itu menderaku..

gravatar

sebuah renungan yang membuka mata hati yang selama ini berkutat dengan dosa, terima kasih ...

gravatar

Berkunjung lagi, sudah lama ga main ke gardu ternyata tampilannya beda!! huaaaah... keren banget templatenya pak!! semoga tambah semangat nge-blognya... ^_^

gravatar

Pak Guru, aku menantikan banget posting teranyar nih :) pengen cengengesan lagi karena berasa 'ngangkring' dan denger eh baca celetukan khas Bantul-Jogja :)

Kabar baik khan? Wassalam :)

gravatar

Assalammu'alaikum mas..
Apa kabar? Baru berkunjung lagi kesini disambut dengan tampilan baru yang jauh lebih fresh :)

gravatar

ass...wuahhh sdh lama g maen k blog ini, stlh melakukan kewajiban ngurusin si kcl yg opname di rs...skrg bs dolan sejenak ke jogja maleh...ada yg br rupanya..templatenya dan postingannya! yg makin menohok! alias menonjok!...waduuh, dg adanya kejadian bertubi2 setahun belakangan ini...semakin merubah pola pikir sy ttg ibadah dan kehidupan, terutama ttg ámar ma'ruf nahi munkar', mgkin sdkt melenceng dr posting diatas, tp pd intinya adlh sm, kt sbg manusia hrs sll bs menempatkan diri sbg hamba Allah yg tiada pny daya apapun tanpa ridlo dan pertolonganNYA. Segala keihklasan hati kita sdh hrs dipersiapkan bila kt bnr2 mau dinaikkan level keimanan kt dimataNYA. dan bersiaplah untuk menerima segala ujian yg lbh berat lg apabila kt tlh lolos dr ujian sebelumnya....krn level kt sdh diangkat dr sebelumnya,..huff...kuatkan aku ya Allah...

gravatar

artikel yang sanagt menarik dan bagus menyentuh perasaan, makasih mas dah mengingatkan :)

gravatar

mantaf sekali nih ulasannya sobb....

gravatar

Selamat Hari Raya Idul Fitri ya mas, mohon maaf lahir dan batin :)

gravatar

Nice Article, inspiring. Aku juga suka nulis artikel bidang penyembuhan dan kesehatan di blogku : www.TahitianNoniAsia.net, silahkan kunjungi, mudah-mudahan manfaat

Dengan sangat lagi hormat, mohon nggak naruh link di komen anda.. kesannya nyepam gitu... makasih. :D

Postingan Populer