Archives

gravatar

Tamparan Sekeras-kerasnya Buat Saya

Dapat dari link di pesbuk. Beberapa bulan yang lalu. Tetapi isinya selalu mengiang di kepala. Dan tetap terasa keras tamparannya. Bagi yang sudah pernah baca, sekedar menyegarkan. Bagi yang belum semoga bisa menginspirasi. Ini link aslinya :

Gaza Tidak Membutuhkanmu!

Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran.

Ada banyak cara untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat.

Wartawan sibuk sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

Activism

Ada begitu banyak activism, heroism…Bahkan ada seorang peserta kafilah yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam” alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.

Yang wartawan sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha, mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.

Kalau dibiarkan riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah Ta’ala.

Mengerem

Dari waktu ke waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena ketenaran mereka.

Semua berteriak, “Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

Gaza Tak Butuh Aku


Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.

Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.

Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.

Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha… Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

Cara Allah Mengingatkan

Aku berusaha mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk mengingatkan aku.

Pagi ini aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya tubuhku.

Begitu masuk ke salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu, alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii sabilillah akan dihitung sebagai amal fii sabilillah, maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan air sebanyak mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg.

Kucoba lagi menyiram…

Masih ndableg.

Tidak ada cara lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…

Kubungkus tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…

Blus!

Si kotoran ndableg itu pun hilang disedot pipa entah kemana…

Lebih dari 10 menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan, mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku.

Ada peringatan Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada mendorong kotoran ndableg tadi.

Allahumaj’alni minat tawwabiin…

Allahumaj’alni minal mutatahirin…

Allahumaj’alni min ibadikas-salihin…


29 Mei 2010, 22:20

Santi Soekanto
Ibu rumah tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010.

...lanjutkan baca...
gravatar

Alloh Tidak Adil! Benarkah!

Seorang Sahabat, Berkiprah 3 tahun di dunia Multi Level Marketing Pribumi berbasis Agrokomplek Organik dengan visi memakmurkan negeri agraris ini telah mengantarkannya berkenalan dengan banyak kalangan. Dari petani gurem 500 meter persegi yang rumahnya adu tritis dengannya sampai pak Ibrahim petani jagung ratusan hektar dari Gorontalo. Panen rayanya saja kemarin tanggal 18 Februai 2009 di hadiri pak Fadel Muhammad si orang nomor satu di propinsi itu. Juga telah membawanya berlingkungan dekat dari penjual roti swiss keliling sampai orang dekat petinggi MPR. Oh ya, sahabat saya itu leader di MLM tersebut.

Dua tahun yang lalu, leader saya di tawari untuk memarketi pupuk nomor satu di dunia – kata yang punya sih – dengan gaji 10 jeti perbulan plus fasilitas avanza baru. Bagaikan minum kopi sekarung, langsung seminggu nggak bisa tidur. Mosok sik pak leader?.

Dari sudut pandang penganggur yang bingung cari kerja bisa jadi akan muncul pemikiran “Ah Tuhan nggak adil, tawaran baru dengan mudah didapat oleh nya. Sedang aku yang susah payah cari kerja nggak juga gol?”
Marilah kita berandai andai.
  • Andai saja tawaran itu ditujukan kepada kita yang misalnya Sarjana Pertanian Mau Pindah Kerja, apakah itu bukan kejatuhan bulan berikut apolonya?
  • Anda saja tawaran itu ditujukan kepada kita yang misalnya pengangguran yang bingung cari kerja, 2 juta saja nggak usah pake avanza, motor butut cukup, apakah itu bukan kejatuhan jus durian?
  • Andai saja tawaran itu ditujukan kepada leader saya tersebut 3 tahun yang lalu, bukankah pasti langsung di embat?.
Pertanyaannya. Apakah semua andai andai itu mungkin terjadi? Kita juga bisa menjawabnya.
Hal serupa juga terjadi pada salah seorang mahasiswa yang menurut teman-temannya tidak pernah serius belajar. Tetapi selalu mengantongi point 4. A. minimal B plus. Hampir semua temannya menilai ini satu ketidakadilan dari Tuhan. Mosok kita yang belajar mati-matian tetap saja dua koma? Dia yang enak enak selalu 3 lebih?.

Dalam satu kesempatan ada temannya yang bertanya kepada mahasiswa itu. Apa kiatnya. Ia hanya klecam-klecem. Ia juga tidak tahu. Yang ia alami hanyalah, setiap ia melakukan SKS, sistem kebut semalam, selalu saja materi yang ia pelajari di malam ujian adalah yang keluar di pagi harinya.

Yang tidak semua temannya lakukan adalah, ternyata ia selalu Sholat Fardhu tepat waktu dan Sholat Dhuha nggak pernah lepas. Ia selalu konsisten dengan dua hal itu.

Apakah kita sudah melakukan sesuatu dengan konsisten juga? Karena kalau boleh disimpulkan, itu semua adalah buah dari konsistensi.
Jadi teringat dengan cerita Pemanggil Hujan Terkenal di Suku Indian. Ia sangat di percaya bisa mandatangkan hujan. Kunci nya satu, ia melakukan ritual minta hujan terus menerus tidak pernah berhenti. Ia berheti hanya ketika hujan benar benar sudah turun.
Bagaimana menurut anda? Anda punya pengalaman lain?

...lanjutkan baca...
gravatar

Seandanya Saja [Reloaded]

Seandainya saja
Kau jadi ke sini malam ini, Kekasihku
aku belum siapkan perjamuan cinta itu
masih jauh dari rengkuhan
tak Kau lihatkan amarah masih membelengguku
bahkan aku lenyapkan kerinduan dalam air mata?
hempaskan di altar Mu
yang agung
bahtera ini luluh dan tenggelam
hanya di bening lautan Mu
damparkan gundah di peluk Mu
yang sejuk
beringas hati ini tersedu
hanya di damai janji Mu
Seandainya saja...

...lanjutkan baca...
gravatar

The Power Of Kepepet

Adalah sebuah negri di mana yang namanya semangat perubahan sudah tidak ada lagi. Ia kadung tersanjung dengan gemah ripah loh jinawi nya. Meski kalau dilihat, banyak warganya yang masih nganggur tak berpekerjaan. Tetapi jangan heran bila kalian akan menyaksikan remaja remaja saban sore hari pada thethek, dzikir pakai hape sambil klempas klempus udad udud sambil leda lede dan ida idu...

Semua bentuk upaya meningkatkan motivasi telah dilakukan olah presiden negeri itu. Seminar seminar, lokakarya, workshop, sarasehan, diskusi ilmiah, temu dukun dan lain lain. Satgas dibentuk. Tim Khusus dibentuk. Hasilnya sama saja. Sampai sampai presiden negeri itu putus asa meski masih ada nada optimis. Dan inilah sabdanya "Wahai para mentri ku, persoalan semangat rakyat negeri ini, saya menginstruksikan agar dituntaskan!". Ya!, di mana mana sang Presiden selalu bicara tuntaskan, tuntaskan, tuntaskan. Tidak ada lagi kata 'lanjutkan'. Tuntaskan... seleraku!

Saking judhagnya, Presiden akhirnya menggelar sayembara. Sayembaranya sederhana, berenang menyeberangi sungai di sebelah istana presiden yang terkenal banyak buayanya. Ganas ganas lagi. Jangankan rakyat biasa, anggota militer akan hancur berdarah darah dimakan buaya buaya itu. Bahkan pasukan anti teroris pun! Tetapi semua orang tidak tahu, bahkan punggawa kerajaan pun tidak tahu, sebenarnya buaya buaya itu sudah akan dikandangkan semalam sebelum sayembara dimulai.

Hadiahnya nggak tanggung tanggung. Siapa yang punya nyali dan berhasil menyeberangi sungai itu, diantara rakyat rakyatnya, dialah kan menjadi menantu sang Presiden. Masih ditambah dengan modal kerja sebesar 100 juta plus 10 gerobag angkringan. lengkap dengan hotspotnya..

Hari pelaksanaan sayembara pun tiba. Semua rakyatnya pada berkumpul di halaman istana negara untuk melihat siapa pemenang sayembara itu. Atau setidaknya, siapa yang berani beraninya menyeberangi sungai penuh buaya itu. Tapi pucuk dicinta ulam tak kunjung tiba. Belum ada satupun pendaftar.

Sang Presiden benar benar putus asa! Ingin rasanya marah marah tapi pada siapa? Inilah kenyataan mental rakyatnya. Sudah pada menikmati zona nyaman masing masing. Untuk apa ikut sayembara? Untuk apa merubah nasib? Toh sudah nyaman di sini. Sudah bisa udad udud sambil ngeblog!

Tiba tiba dari arah sungai terdengar suara "Byurrrrrrrrrrrrrrrrrrr!". Semua yang ada di halaman istana negara pun pada berebut ke tepi sungai untuk melihat siapakah gerangan yang berani-beraninya terjun ke sungai... Melihat ada seseorang yang dengan susah pasah berenang untuk menyeberangi sungai, mereka pun tak tinggal diam, berteriak menyemangati.

"Ayo ayo.. terus... terus.. maju maju... berenang.. berenang.. maju maju... sedikit lagi ", Bagai tak habis habis teriakan mereka mendukung orang yang ada di sungai.

Dan tepuk tangan pun membahana ketika orang tadi berhasil sampai di sisi sungai yang lain. Presiden pun ikut bertepuk tangan sambil sesekali senyuman lepas dari bibirnya. Ternyata masih ada semangat dan keberanian di antara rakyat rakyatku!

Lain halnya orang yang berhasil menyebarangi sungai tadi, yang ternyata seorang nenek nenek. Di seberang sungai dia marah marah tak karuan pada semua yang bertepuk tangan. Sambil berkacak pinggang ia menunjuk nunjuk; "Hai, Kalian semua. Kurang ajar betul. Tidak tahu sopan santun!. Siapa tadi yang  ndorong-dorong saya sampai saya terjun ke sungai"

...lanjutkan baca...
gravatar

Selamat Menikmati Bulan Romadhon



...lanjutkan baca...
gravatar

Pitulasan

Banyak cara mengkespresikan rasa cinta kepada tanah air, kepada negeri, kepada Endonesa. Yang paling primitif adalah dengan memperingati kelahirannya. Bendera merah putih pun berkibar di mana mana.


Pusat layanan publik dari tingkat wc umum sampai kantor kepresidenan semua berbenah berhias agar terlihat jiwa patriotisnya. Ruang bisnis dari tingkat asongan sampai mol serempak memasang dominasi warna merah putih.



Bendera bendera, umbul umbul, gapura berbagai ukuran.

Tidak ketinggalan blog blog dari yang sekedar curhatan sampai situs bisnis, dari yang nggak tau apa itu seo sampai ke yang mahir memanipulasi konten dengan auto generated content. Semuaa berbenah, lihatlah, mereka pada ribut ganti template yang nuansanya kemerdekaan. Bahkan ada yang nekad pasang bambu runcing betulan di blognya. :D Lihatlah. blog ini juga memasang bendera merah putih seukuran layar penuh [dengan sekala 1:100]

Ada yang berpendapat, sebenarnya bukan alasan cinta atau tidak cinta. Tetapi karena alasan hiburan yang pingin di dapat saja. setelah setahun dijejali dengan informasi carut marut negeri ini yang babar blas jauh dari makna kemerdekaan. Setelah setahun berpikir besok mau makan apa, inilah saatnya untuk melupakan.

Pitulasan adalah pesta rakyat. Mereka tidak berpikir mereka benar sudah merdeka atau belum. Yang penting plorotan, balapan goni. ndhangdhutan, balapan kelereng, makan kerupuk. Itu sudah lebih dari cukup bagi mereka.

Kita lihat makna permainan yang ada dari kaca mata gerobak angkringan.

  1. Plorotan. Ini adalah protes dari kemerdekaan yang sebenarnya belum ada. Yang ada adalah penindasan. Feodalisme. Siapa di bawah saya injak injak sampai saya bisa di atas. .Coba plorotan itu hadiahnya diganti kursi dan pesertanya wajib pakai kaos partai. Pasti semakin jelas maksudnya.
  2. Balapan Bendera. Ini adlah protes dari negara yang sering dijadikan rebutan para petinggi dan pejabat. Di mana negara adalah aset yang seenaknya bisa mereka mainkan, sesuai kepentingan mereka. Untuk lebih seru, cobalah bendera itu diganti dengan logo pertamina, gambar kilang minyak, onggokan kayu hutan, uang pajak, hasil tilangan.
  3. Makan krupuk. Bagaimana mungkin di negri yang gemah ripah loh jinawi ini ada orang makan krupuk saja harus berebutan. masih diikat kebelakang pula tangannya. Proyeksi kepedihan masyarakat yang sayang para penguasa tidak tahu. Barang kali kerupuk itu sudah saatnya diganti dengan gaplek, dan pesertanya dikalungi kertas bertuliskan GAKIN!

yang lain silahkan di cari sendiri.

Kembali ke masalah patriotisme, Drajat satpam tak kalah patriotis. Dia namakan anaknya dengan nama Nesia. Lengkapnya Indonesia Raya. Umurnya 6 tahun. tapi nggak sia sia nama itu diberikan. Nesia begitu suka dengan lagu lagu naional. Tidak seperti teman-temannya yang pada seneng Keong racun.

Lha, dua hari yang lalu, ada lomba nyanyi lagu nasional tingkat erte. Nesia ikut. Hanya saja panitianya sempat dibuat bingung.

"Adik Nesia mau nyanyi lagu apa?", tanya panitia yang bertugas ngelekton.
"Bende", jawab Nesia. Bende adalah alat musik pukul semacam gong kecil. Hampir sama dengan thong thong milik es tong thong. Cuma agak besar. Dan tidak ada lagu nasional yang judulnya bende!

"Itu kan bukan lagu nasional? Nggak boleh, dik?. Harus lagu nasional!", Panitia coba meluruskan.
"Ini lagu naional kok!", jawab Nesia lagi.

Karena Nesia tetap bersikukuh dengan lagu Bende nya, maka panitia menyerah.
"ya sudah, dik Nesia nyanyi saja!".

Nesia pun mengambil mikrophon dan bernyanyi dengan lantang

"Bendera merah putih
bendera tanah airku
gagah dan jernih tampak warnamu
berkibaran dilangit yang biru
bendera merah putih
Bendera bangsaku"

...lanjutkan baca...
gravatar

Mendidik Anak Mandiri

Anak itu permata hati bapak simboknya. Apalagi anak yang cuma semata wayang. Maka jadi kebiasaan kalau anak cuma satu atau baru satu, kasih sayang tumplek bleg ke sana. Apa saja permintaan si buah hati dipenuhi. Tukang tambal ban dekat angkringan bahkan pernah ngomong gini, "Ibarate bocah ki njaluk iwak kirik, yo dituruti!". Saya sampai terbatuk batuk karena tertawa mendengar istilah iwak kirik itu.

Tapi betul itulah yang terjadi di kebanyakan keluarga. Yang muda khususnya. Dari kalangan the have, apalagi. Atau yang lama sekali baru bisa jadi anaknya. Anaknya dimimi, disayang sayang, dimanja manja hampir setiap hari. Jadi teringat ketika aku liat tetangga yang setelah dengan sekian upaya baru bisa punya anak, anaknya jatuh, nangis, "aduh anak mahal, ada apa kok nangis?" :D

Lepas dari itu, bisa juga pengalaman masa lalu yang tidak ingin terulang pada anaknya. Biarlah orang tuanya saja yang rekasa. Anak anak biar kepenak nggak seperti bapak mboknya. Hi hi, padahal alasan utamanya karena males, ribet. Lha kan ada pembantu? Lha kan bisa kita kerjakan sendiri? Bahkan sampai ngerjakan pe-er pun. Walah! bahkan sampai belajar malam ujian pun, ibu atau mamanya yang ruibut. Anake asik nonton ufin ifin...

Tapi tidak dengan pak ustadz Ali. Dia selalu menanamkan yang namanya kemadirian kepada anak anaknya. Mulai dari mandi, nyuci. kalau masak nggak!. Ntar kebledosan LPG 3 kilo. Dan itu dimulai diterapkan dari anaknya kelas 1 esde. Terbukti bahwa anaknya yang paling gede, kelas 2 esempe, meski bapaknya ustadz, kaya lagi, tetapi berjualan es lilin keliling kampung setiap pulang sekolah. Biar ajar dagang, alasan ustadz Ali.

Suatu pagi di hari libur angkringan nasional, mas Peyek dan pak guru Sabri bertamu ke rumah ustadz Ali. Berteman ketela rebus dan kopi,  mereka bertiga, terlibat dalam perbincangan yang hangat akrab dan bersahabat. Kadang saling tunjuk, terlihat bekenengan, tapi tiba tiba lepas tawa yang renyah.

"Resepnya gini!", jawab ustadz Ali ketika mas Peyek menanyakan bagaimana bisa putra putra ustadz Ali ini terlihat sangat mandiri dan  tidak manja, "Anak harus kita latih mengerjakan apa apa yang mampu mereka kerjakan, sesuai usia mereka. Misalnya nyuci baju, suruh mereka nyuci sendiri dan lain lain".
"Lha tapi kan nggak bersih?", pak guru Sabri gantian nanya.
"Ya nggak apa apa. Namanya juga latihan. kan bisa kita cuci ulang", jelas pak ustadz Ali. Pak guru Sabri manggut manggut.
"Mindhon gaweni pak ustadz?", mas Peyek ngeyel
"Lha daripada mereka nanti sudah besar, mereka nggak bisa nyuci sendiri?"

Dari samping rumah di mana sumur pak ustadz berada, terdengar srak srok srek seperti ada yang sedang mencuci sesuatu.
"Itu Siti yang baru kelas 1 esde. Tadi saya ajari nyuci baju", pak ustadz Ali mencoba berbangga.
"Wah, mbesok Cenol mau saya ajari mandiin kambing ah, biar latihan!", mas Peyek bergumam seperti pada dirinya sendiri.
"Bagus itu", tambah pak guru Sabri.

"Pak kalau nyuci bukan baju, sabunnya pakai yang mana?", teriak Siti tiba tiba. Maklum dekat sumur ada 3 jenis deterjen. Bubuk, colek dan cair.

"Lha yang kamu cuci itu apa, ndhuk?", tanya pak ustadz Ali menegaskan.

"Laptop pak", teriak Siti lagi.

...lanjutkan baca...
gravatar

Bingung Judulnya Apa!

Bingung mau kasih apa judulnya. Nggak SEO juga biarin. Sing peting posting!

Lagi bingung ngisi formulir seharga Rp. 50.000,- untuk mbayar pajak srupa x, ada yang nawari jasa pengisian formulir itu. "Saya isikan formulirnya, mas, duaribu". Saya nggak mau. Bukannya uthil, tapi memang saya pingin ngisi sendiri formulir istimewa itu. Mau mbayar pajak, ngisik formulir, eh harga formulirnya lima puluh ribu.

Formulir pun saya isi. Clingak clinguk juga. Ada yang nggak tahu mau diisi apa. Wong nggak ada contekannya di BPKB. Ya sudah dikosongi saja. He he, tau gitu, mending biar diisikan sama mas mas tadi, bayar 2000, beres!

E, malah ingat waktu masih jaman nggaya nggayanya kuliyah di seputaran mbulak sana, ikut belajar sama patih mojopait di Yogyakarta. Dulu, sempat juga berpetualang sebagai juru ketik kartu sakti berbekal ketrampilan sebelas jari dan brother jilian. Berkantor di grapika lor sarjito.. sambil lesehan neng suket..

Selembar kartu yang berisi nama, no induk, fakultas, sama alamat, plus bonus nempelin foto, mbayarnya saat itu sekitar lima ratus rupiah. Lumayan, jaman semana sehari bisa sampai 30 kartu, lha rak 15.000,- Wow.. pulang bisa langsung pesta miyayam di depan esempe songo Yogyakarta. Saat itu masih baru barunya yang namanya miyayam. Semangkok plus saos kates penuh pewarna semaunya, cuma seputaran seribu pa ya?. Lha naik kobutri masih sekitar 300 rupiah sak jebole pantate.. ya itu tadi.. cukup menunjukkan kartu sakti tadi.

Mau tahu berapa biaya kuliyah di mojopait dulu? Ada yang 16.000 satu semester,30.000, angkatan ku 120 ribu sudah termasuk tabungan KKN. Paling tinggi 700.000,-. Awal masuk sana cuma mbayar administrasi 100rb sudah dapat buku sama jaket almamater. Itu saja masih didemo sama mahasiswa.

Lha sekarang? Tetangga saya, fakultas ekonomi, jurusan akuntansi, baru masuk sudak kena 100 juta. Duit semua itu, nggak ada krewengnnya!. Hiks, jadi ingat juga, beberapa tahun yang lalu, ada cerita dari lulusan esema, termasuk kategori bodho, wong dia sendiri yang bilang. Tapi pingin bukti bahwa dia bisa diterima di mojopait. Lha pas UMPeTaN, ngawur dia, asal ngebloki formulir. Tapi pas ada form tentang berapa dia sanggup bayar uang awal masuk atau semacamnya, dia isi dengan 125.000 juta!.

Hasilnya? Dia dapat panggilan dan diterima di mojopait. Tapi duit nya sapa yang dipake mbayar? Simbok bapaknya saja cuma buruh pasar! yang penting dia bisa berbangga pada teman temanya. "Tuh buktinya, saya keterima di mojopait!" sambil menunjuk pigura di ruang tamunya yang tidak terpisah dengan amben tidurnya.

Kembali ke samsat.

Setelah diisi semua, formulir dikembalikan ke loket, tunggu panggilan. Pas dapat kuitansi kaget juga, di kolom denda tidak ada isinya, padahal sudah terlambat 15 hari. Lha kok bisa? Baru tahu setelah ada yang bilang "Tahun genap adalah tahun penuh ampunan denda keterlambatan bayar pajak sepeda motor".

Pajaknya cuma 153.000,- tapi administrasinya sendiri 50.000,-. hampir sepertiganya. Kok isa ya? Administrasi itu cemban masih wajarlah. Mosok segitu sih? Ah mbuhlah, tanya saja sana sama gayus!

...lanjutkan baca...
gravatar

Rupiah Dipotong

Radio tjawang itu barusan memberitakan bahwa paklik Parmin gupernur propinsi bei akan memotong rupiah. Misalnya dari 1000 menjadi 1 rupiah tanpa mengurangi nilainya.

"Kui maksute gimana to pak Guru?", peyek mengawali obrolan siang itu sambil nyodorkan es teh pesenan pak Guru.
"Pastinya saya juga nggak tahu, Yek!. Tapi kira kira ... Es teh ini segelas berapa?", tanya pak Guru Sabri.
"Lha sampeyan juga sudah tahu to yo, seribu". Jawab peyek sambil minum air putih dari botol akua bekas.
"Lha nanti setelah pemotongan rupiah itu, harga es ini menjadi satu rupiah".

"Prttttttttt.... " Peyek kaget lalu menyemprtokan air yang diminumnya,"Edian opo? es teh kok segelas segelo? wedange mbiahnee po?"

"Lha kamu itu, lha wong le crito durung selesai sudah nyembur!", pak guru Sabri menghindar, "Gini lho, Yek, mas Peyek!.. nanti harga gula pasir dan es nya berubah, misalnya dulu sekilo sembilan ribu, mbesuk jadi sembilan rupiah"

"Kalau pariyo berapa mas Guru?", suara Menik tukang cuci keliling, tahu tahu sudah menthengik di dekat pak Guru Sabri.
"Weh yu Menik. Lha ya harga sekarang lalu di bagi seribu?"
"wuih murih banget ya? wah mudah mudahan lik Parmin jadi memotong rupiah. Nha mbok ngonokui jadi pejabat ki. Bisa memakmurkan rakyatnya." Menik kegirangan.

Inilah Endonesa.. pejabat baru ide baru. Belum lama berselang anggaran negara dikeluarkan untuk membuat atribut atribut kementrian di seluruh jajaran dari pusat sampai erte akibat perubahan dari departemen. Stempel, kertas surat, papan nama. Apa sih bedanya kementrian luar negeri sama departemen luar negeri. Habis berapa coba. Untungnya apa sih?. Mengapa tidak digunakan untuk hal hal yang betul betul bermanfaat untuk rakyat. Yang rada pada nggonduk adalah para pemilik departemen departemen stor itu. Lha sekarang namanya jadi kementrian stor. Ra gaul blash.. kata mereka.

Lik Parmin bilang bahwa tidak ada kebutuhan pencetakan uang dalam jumlah banyak ketika Pakdhe Ramli menengarai adanya kepentingan nyetak uang baru. Oke oke... bisa diterima. Tapi di sisi anggaran masyarakat, berapa ribu atau juta rim kertas bakalan dibuang dan diganti dengan yang baru. Opo tumon daftar harga kok urek urek an atau tip-ek an. Apa sampeyan nggak mikir ke sana, Lik Parmin?

Apa sampeyan itu, Lik Parmin, nggak mikir berapa energi dihabiskan rakyat kecil untuk sekedar ngrumpi ide sampeyan itu? Berapa puluh ribu bahkan juta peyek peyek dan menik menik bertebaran di seluruh endonesa ini yang ngrumpi masalah yang mereka sebenarnya nggak tahu itu?

Atau memang ini yang disebut dengan anestesi psikologi untuk rakyat kecil itu ya? Biar pada ngomongin yang nggak perlu agar lupa masalah sebenarnya.

O alah, bisa jadi apa betul apa kata Mas Adhi; "Kini semakin terbukti bahwa Parmin memang tidak "fit" dan tidak "proper" sebagai gupernur propinsi bei," ujar Adhie kepada Gardoe Djaga dot blogspot dot Kom.

Dari seberang jalan, pengamen pada koor "itulah endonesa!"

...lanjutkan baca...
gravatar

Hotspotisasi

,Sudah beberapa hari terakhir ini dagangan angkringan mas Peyek selalu ada sisa. Sego kucing, mendhoan, sate usus, sengsus, sate kikil, ceker. Biasanya kalaupun sisa hanya 1 atau 2. Dimakan sendiri juga nggak akan rugi. Tetapi akhir akhir ini? Mosok sisa kok 10 sampai 20. Lha untuk apa?. Katon Bagaskara dari seluler seberang jalan masih mengalunkan Yogyakarta... nikmati bersama suasana jogja..... ketika pak guru Sabri datang menghampiri angkringan mas Peyek.

"Ngopo to Yek, kok sajak e ra semringah, padu sama bojomu po?", pak guru Sabri memecah lamunan Peyek.
"Nggak pak Guru Ndak ada apa apa, kok!", jawab mas Peyek mencoba menyimpan permasalahannya.
"Wis to.. ceritalah, sapa tahu saya bisa mbantu atau setidaknya urun rembug".
"Hhhh....!", mas Peyek unjal ambegan, lalu menunduk. Lanjutnya;"Gini lho pak Guru. Saya itu ndak tahu apa sebabnya, apa salah saya, kok sudah sekitar 5 hari ini angkringan jadi sepi. Setiap hari selaluuu saja ada dagangan sisa"
"Karena liburan, mungkin". pak Guru Sabri coba menebak.
"Nggak kayaknya. Langganan angkringan juga cuma dari sekitar sini kok, kebanyakan bukan anak kos"
"Atau jangan jangan wedang jaemu tidak seenak dulu?"
"Lha sampeyan ngrasakke gimana, pak Guru?", mas Peyek balik nanya.
"Ya sama, ndak ada yang berubah", Jawab pak guru Sabri sambil nyruput wedang jahe nya. "Tetap jos seperti dulu!", lanjutnya.

Oh ya. Dang jahe mas Peyek memang tidak ada duanya. Di samping jahe yang dicampur dengan air yang dimasak di ceret, mas peyek masih menambahkan dengan jahe bakar yang ditumbuk, di setiap gelas. Numbuknya langsung sesaat sebelum wedang jahe dihidangkan. Gulanya pake gula merah pilihan plus gula pasir. Puedes, legi. Pokok e nyamleng! Kalau cuma masuk angin.. bablas! Seribu lima ratus segelas.

"Nasinya, gorengannya.. nggak ada yang berubah kok, Yek", pak Guru memperjelas setelah mulutnya selesai mengunyah semua itu.
"Makanya itu, saya bingung, ada apaaaa.. ini?"

Tiba tiba Kenit istri mas peyek datang dari arah pasar, pethitha pethiti berkacak pinggang. "Pokok-e di angkringan ini mulai besok harus sudah ada hotspot.".

Pak guru Sabri penasaran lalu nanya "ono opo to yu?".

"Lha itu coba liat, wong sugih sugih do melu melu dodolan angkringan. Ngrebut pasar saja. Banyak langgananku dho mrono. Jare ono hotspot-e". Nadanya selaras kejengkelannya. "Pakne, kalau nanti ambil gula di koh Lohan, jangan lupa kulak hostspot ya, minta yang paling enak. kalau perlu dicicipi" Teriaknya ke mas Peyek "Aku tadi muter muter di pasar nggak ada yang jualan hotspot!" lanjutnya masih berteriak.

Pak guru Sabri langsung pingsan!

...lanjutkan baca...

Postingan Populer